CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS »

Minggu, 12 April 2009

Perjalanan Malam ... Episode 1

     Aku kasihan melihatnya…. Hampir setiap malam ditemani senandung Kitaro ia menangis. Di atas peraduan berselimutkan gelap kamar, ia menatap lelangit yang terlihat redup. Aku yakin, pikirannya sedang berkelana ke dimensi lain. Antara surga dan neraka, antara cinta dan pengorbanan, antara berbakti dan penekanan, juga antara masa depan dan saat ini. Uhmm... aku sempat berpikir bahwa ia sedang dirundung musibah. Aku diam, kembali menyaksikan air mata itu. Sekarang butirannya semakin kecil seiring dengan irama Caravansa yang semakin lirih. Aku pikir, ia akan berhenti menangis setelah musik itu usai. Namun, rupanya aku keliru.

        Aku berpakaian putih malam ini diutus oleh Tuhan untuk kembali menengoknya. Tuhan begitu perhatian dengan hambanya yang satu ini. Setiap harinya, ia gunakan waktu untuk kuliah, bekerja, dan bermain bersama anak-anak.... Mulia sekali ia yang sering aku lihat dari langit dengan senang hati memberikan sekotak makanan dengan sisa uang yang ia miliki untuk wanita tua yang duduk di pojok kampus. Ia tak mengenal nenek itu, tapi persahabatan mereka berlanjut ketika gadis itu mengantar nenek tersebut pulang ke istana jeraminya. Sekali lagi, aku beruntung Tuhan telah mengutusku untuk mengawal gadis ini. Aku suka melihatnya tersenyum kepada semua orang, dikenal maupun tidak, kepada pria maupun wanita, yang muda ataupun yang tua. Senyumnya muraaah sekali. Aku saja mungkin kalah dengannya. Ia selalu terlihat riang. Pandai sekali dirinya menyembunyikan beban yang ia pikul. Atau, mungkin itu semua bukan beban baginya? Sebagai seorang wanita, menurutku itu terlalu berat. Aku saja yang pria merasa bahwa aku akan kewalahan.

          Ia terlelap pukul sebelas malam menantikan air matanya kering. Sayang, ia bersembunyi di balik selimut, jadi aku tak bisa menyaksikannya. Aku menantikannya cukup lama. Aku ingin melihat, apakah nanti ia terbangun atau tidak. Aku diciptakan tanpa memiliki nafsu, jadi aman bagiku untuk menungguinya di samping tidurnya. Lelap sekali, nafasnya panjang dan teratur. Penantianku pun terjawab, ia terbangun setengah empat pagi. Mengambil air wudhu dan melangsungkan muhasabah malamnya.


        “Tuhan, aku ingin Engkau memperpanjang kontrakku untuk menemani gadis ini. Aku jatuh cinta kepadanya. Kepada kesucian hatinya. Tuhan, aku mohon, kabulkan permintaannya. Itu tidak akan sulit bagi-Mu. Ia hanya meminta supaya diberi kenikmatan iman, usia, sehat, dan kekuatan, seperti yang orang lain pinta supaya ia bisa mewujudkan harapan orang tuanya.”

         Aku mengamini setiap ayat yang ia panjatkan. Ia kembali berurai air mata di mihrab kecilnya, kali ini permintaannya lain. Ia meminta supaya kasih sayang yang ia miliki tetap bisa terjaga karena Tuhan. Owhh... rupanya ia sedang bermunajat meminta Allah memudahkan masa depannya yang lain. Masa depan untuk menyempurnakan agamanya....

           Ada apa dengannya...?? Ada apa dengan cintanya...??



Jumat, 13 Maret 2009

BANGUNLAH DARI RASA ENGGAN ANDA dan MULAILAH BERAKSI…!!

Setiap manusia mempunyai pilihan sendiri. Namun, mereka tidak mempunyai banyak pilihan untuk berkelana di ruang dan waktu yang telah disediakan. Manusia hanya butuh cara bagaimana mereka bisa menggunakan ruang dan waktu yang mereka miliki secara pas, dengan porsi dan komposisi yang tepat. Pada realitasnya, jika seseorang berada di ruang dan waktu yang tepat, sangat memungkinkan untuk mewujudkan optimalisasi diri secara penuh di berbagai bidang, demikian pun sebaliknya. Sangat besar kemungkinannya kesadaran diri yang mereka miliki akan membawa kekuatan besar untuk membantu mewujudkan mimpi mereka. Namun, jika seseorang tetap sulit, walau sedikit pun untuk berdamai (membangun toleransi dan mengambil tanggung jawab penuh) pada ruang dan waktu yang dipercayakan, diamanahkan kepadanya; ketika ruang dan waktu sudah tidak lagi berpihak kepadanya: keyakinan, kesadaran diri setinggi apapun, keunggulan sekuat apapun, penyesalan sebesar apapun, juga kebajikan sebaik apapun… semuanya hanya akan sia-sia. Tamat!! Tak ada yang lebih baik dari sebuah harapan yang menjadi kenyataan. Itulah kenapa mulai dari sekarang kita tidak boleh takut untuk bermimpi karena dari mimpi itulah kita menemukan dunia kita.

Oleh karena itu, peluang untuk memaafkan ruang dan waktu harus dioptimalkan secara cerdas dan bijak. Ketepatan seseorang di ruang dan waktu yang tepat, membuat seseorang dapat mencintai dan berkarya dengan baik. Untuk sementara, tulikan pendengaran dan butakan penglihatan guna mengikuti ke mana suara hati akan membawa diri kita. Menjadi manusia yang berkarakter dan berkepribadian muslim adalah strateginya. Berpedomanlah, ruang yang “terbatas” saat ini sebagai sarana meraih ruang yang lebih tinggi adalah kendali lajunya. Lebih bersikaplah proaktif dan progresif. Maka asa itu akan menjadi kenyataan yang lebih manis dari yang dibayangkan sebelumnya.

BANGUNLAH DARI RASA ENGGAN ANDA dan MULAILAH BERAKSI…!!
JALAN ANDA AKAN PANJANG, MAKA PERSIAPKANLAH KEKUATAN PENUH … Saya akan memberikan resep jitu yang saya dapat dari perenungan saya mengenai hakikat mimpi dan realita. Mungkin ini bisa dijadikan tonikum semangat untuk dapat meraih mimpi dengan kekuatan ekstra.

BERMIMPI -> BERPIKIR -> BERAKSI -> BERDOA

Saya menyebutnya dengan Sketsa Empat Bhe. Sketsa di atas adalah sumber motivasi saya ketika saya mulai bermimpi. John Maxwell juga memberikan kekuatan pada saya lewat kata-katanya, “Dimana tidak ada harapan di masa depan, maka tidak akan ada kekuatan di masa kini.” Kita mungkin tidak akan mampu mengubah dunia yang kita lihat di sekitar kita, tetapi kita dapat mengubah cara kita melihat dunia di dalamnya.
“Yakinlah bahwa kecemerlangan seseorang itu terlihat dari banyaknya masalah yang mampu ia hadapi…!” di atas adalah kata-kata perjuangan empat lima yang selalu saya ikrarkan di dalam diri saya untuk membuat saya terus bersemangat. Ada bayang indah masa depan di dalam mimpi saya dan saya berharap semua itu tidak hanya berakhir ketika saya terbangun dari tidur.

Terakhir, saya ingin membawa pembaca kepada dimensi yang membuat kita menyadari betapa kita diciptakan dengan potensi yang sama oleh Tuhan. Saya pun ingin mengajak para pembaca, pun saya yang terkadang masih lalai, untuk memanggil kembali mimpi-mimpi terang yang akan menjadi realita kita beberapa waktu yang akan datang. Barulah setelah itu, kita mendapatkan nobel sang pemimpi yang sempurna. The Great Dreamer. Yang mampu menjadikan mimpinya menjadi sebuah kekuatan untuk bergerak menjadikan diri menjadi lebih baik. Seorang yang besar memang harus berani untuk bermimpi besar. Jadi, jangan takut mewujudkan mimpi-mimpi kita karena sebenarnya kita mampu. Lebih mampu dari yang kalian pikirkan.

Senin, 16 Februari 2009

MULIAKANLAH AKU DENGAN CINTAMU

MULIAKANLAH AKU DENGAN CINTAMU

Disebut akhir mungkin juga tidak, lebih tepatnya rehat untuk sementara waktu… namun, entah sampai kapan keadaan dibiarkan seperti ini… waktu itu tak tercatat dengan pasti. Cukup menegangkan dan memilukan jika hati dibiarkan tergores rindu. Setiap kali ditepis, rasa itu tetap ada, tetap bermunculan dari celah-celah hati yang tak disangka arahnya. Perlu keberanian dan niat untuk menjaga kedua hati adalah modal yang aku miliki saat itu untuk mengatakan kata perpisahan. Perpisahan?? Shahihkah disebut perpisahan?! Tidak, terlalu kuat maknanya. Sekali lagi ini bukan akhir, bukan pula perpisahan. Kita bergerak dalam satu masa, dan kelak masa itu akan bertemu. Insyaallah... Amiiin.

Heemm, nikmat akan fitrah yang begitu indah. Semuanya... begitu memikat pikir dan perhatianku. Perih, tetapi disinilah nikmatnya. Cukup disemai di dalam hati saja, tak perlu ia membuncah keluar dari persembunyiannya. Biarkan ia tertidur dalam ruang hati yang terselimuti oleh doa-doa dalam lantai malam, karena apa? Cinta itu telah ada yang menjaga, lalu... buat apa kita bersusah memamerkannya??

“Ya Rabbi, aku niatkan menyerahkan hati dan cinta yang aku miliki untuk Kau jaga kesuciannya...Tak ingin sedikit pun kami mengotorinya dengan nafsu... Itu cara kami memuliakan cinta ....”

Lucu ya, ternyata sang penulis naskah pun terjebak dengan rangkaian kalimat yang ia haturkan kepada pembaca. Sungguh ironis. Ternyata memang bukan sekedar fiktif. Ahh, rupanya sang penulis tahta terlalu jujur dengan karya-karyanya. ^^

Assalamu’alaikum... Haaeee .... rasanya rindu juga bercengkerama dengan teman-teman di blog ini. Petikan isi di atas hanya sekelumit perjalanan yang pernah aku jalani dan itu tengah berproses hingga kini. Baru beberapa hari semua ini terjadi dan aku masih berupaya untuk lebih adaptif dengan kondisi yang aku ciptakan ini. Hari itu, aku mendapatkan nasehat dari seorang penjual nasi uduk di samping kosku. Kata-katanya begitu menyindirku, “Komunikasi dengan yang bukan muhrim itu juga kudu dijaga lho Mbak, sama saja dengan berkhalwat. Apalagi kalau sudah membayangkan siapa yang di sms atau yang ditelfon. Dan, parahnya kalau yang disms itu sama-sama punya perasaan aneh. Waduh, setan itu kan bisa berjalan tanpa kabel, hahaha...,” katanya sembari bercanda dan membungkuskan satu porsi nasi uduk pagi itu.

Degg!! Aku jadi teringat, ya-ya... sama saja dengan pacaran! Dan, aku tahu hukum pacaran itu... haramm! Paling tidak segala aktivitasnya telah mendekati zina. Uhhmm... aku mulai berpikir, lalu apa bedanya aku yang tahu dan paham dengan orang yang tidak mengerti hukumnya? Aku bersyukur Allah masih meluruskan titahku sebelum semuanya berjalan dua bulan....

Ada kalanya manusia terlalu menikmati fitrah cinta hingga hatinya terus terbawa kemana cinta mengarahkan. Iyah jika cintanya benar, lha kalo tidak. Iyah, jika yang mengarahkan Allah, lha kalau setan? Who knows that? No body... Nah, ini nih yang nggak boleh dibiarin, aku selalu bilang sama adikku yang belum genap tujuh tahun, “Dik Dinda, mau jadi temannya Allah atau temannya setan?” Dia belum tahu hakikat surga dan neraka, dia juga belum bisa menafsirkan konsekuensi berteman dengan Allah atau setan, tetapi ia mengerti bahwa Allah itu membawa kebaikan dan setan itu membawa keburukan. Nah, masa iyah kita kalah sama anak kecil?! Malu dong ...^^

Muliakanlah Aku dengan Cintamu ...
Biarkan cinta itu membelah diri, namun jangan biarkan ia membuncah berlebihan. Tenang saja, Allah pasti akan membantu kita. Dia akan memudahkan jalan kita, tanda-tanda itu tanpa kita sadari akan membawa kita pada pilihan yang terbaik. Berhusnudzonlah, Dia akan selalu menuntun hamba-hambanya yang selalu memohon kepada-Nya.

“Aku sama sekali tidak ada niat untuk mengakhiri atau memutuskan ukhuwah. Sekali lagi ini hanyalah sementara, sampai Allah berkenan mempertemukan kembali. Semua ini hanyalah sebentuk upaya pendirian benteng pertahanan iman. Aku meletakkan cintaku di dalamnya, tersembunyi dari setan-setan jahannam. Aku tak akan membuka hatiku untuk orang lain... hingga semuanya dipersiapkan dengan apik. Jika ini ujian yang berat, maka... Isbir, Innalloha ma’ashobirin. Fafirru ilalloh wa sari’u ila maghfiroti min robbika wa jannati arduha assamawat...”

Jadikan ini persaudaraan yang kekal, yang tetap begitu indah walau komunikasi tak terjalin. Karena ikatan hati tak membutuhkan selular, pena, ataupun kertas. Ia cukup membutuhkan segenap niatnya untuk saling mendoakan. Semoga Allah senantiasa melimpahkan khoir yang tiada henti juga bilangan iman yang tiada angka kepadamu....
Ya Allah, sesungguhnya hati-hati ini telah berkumpul untuk mencurahkan muhabbah kepada-Mu, bertemu untuk taat kepada-Mu, bersatu dalam dakwah-Mu, dan berjanji setia dalam membela syariat-Mu. Maka, kuatkanlah ikatan pertaliannya Ya Allah, abadikanlah kasih sayangnya, tunjukkanlah jalannya, dan penuhilah ia dengan cahaya-Mu yang tidak pernah redup. Lapangkanlah dadanya dengan limpahan iman dan keindahan tawakal kepada-Mu, hidupkanlah dengan ma’rifah-Mu, dan matikanlah dalam keadaan syahid di jalan-Mu. Allohumma Amiin. ☺

Kamis, 29 Januari 2009

Jawaban Kala Sepertiga Malam….

26 Januari 2009 pukul 03.30 WIB

Cinta di Atas Cinta miliknya The Fikr menggelar show di hapeku pagi itu. Aku terbangun dan melihat nama yang tertera di dalam layar. Ohw, yah... seperti janjinya. Agak lama aku mengangkatnya... aku biarkan nyanyian The Fikr masuk ke relungku untuk mengingatkan bahwa di atas cinta masih ada cinta tertinggi yang harus aku miliki. Itulah kenapa ring tone itu khusus aku setting untuk panggilan darinya. Semoga aku selalu diingatkan dengan liriknya.

Aku melihat eyang kakung masih tertidur di sampingku. Ia hanya mendesah pelan mendengar hapeku memanggil. Dan aku... masih membiarkan orang di seberang sana menunggu agak lama. Aku ragu. Aku takut. Ahh... aku pun duduk di ruang tengah dan mengawali pembicaraan pagi itu dengan salam. Sebuah doa terindah untuk saudaraku.

Pagi masih sunyi, tapi pembicaraan pagi itu harus terjadi. Ya, harus aku lalui untuk mencari sebuah kepastian. Ya Allah, baru pertama kali ini hamba berani seperti ini, salahkah hamba memaknainya? Ya Rabbi Izzati, perkenankanlah hamba menyelesaikan semuanya... dengan ridha-Mu. Semua pertanyaan sudah aku luncurkan, beberapa jawaban telah aku tanam dalam memoriku. Ada lagikah yang aku harapkan setelah ini?!

Wahai saudaraku yang semoga senantiasa dilimpahi keimanan,
Ujian yang terjadi ini hanyalah awal dan hanya bagian dari rentetan ujian yang akan kita alami nanti. Sanggupkah kita menjalaninya dengan ikhlas?? Bismillaahirrahmaanirrahiim... semoga Allah berkenan mengingatkan dan menuntun kita. Amiin....^^

“Hargailah Cintamu...”

Bismillaah… atas nama Allah yang mengaruniai cinta dan kasih sayang. Atas penghambaan di setiap malam yang masih saja terasa kurang... hamba memohon keridhaan atas segala ilmu yang saya miliki walau masih saja miskin.
Kembali Allah memberikan aku sebuah pelajaran, pelajaran yang telah membuatku sadar akan fitrahku - akan posisiku sebagai “wanita muslimah”. Semoga yang membaca kisahku ini pun mampu mengarifi setiap potongan skenario yang aku jalani. Sempat Dia menghujaniku dengan kenikmatan perasaan sayang yang menggebu, lantas berubah menjadi tangis, dan berakhir dengan kebimbangan. Bukankah kalian semua pernah mengalami hal ini?! Wanita itu “hanya” butuh dicintai. Wanita sejati selalu menghiasi dirinya dengan kasih sayang untuk orang lain bahkan seringkali dia lupa bahwa dia pun ingin dicintai. Tanpa naluri cinta, tabiat seorang wanita akan rapuh, eksistensi kewanitaannya akan dipertanyakan. Itulah kenapa wahai lelaki, jika wanita selalu mengedepankan cinta ketimbang yang lain. Weeiikkzz... hehe.

Itu sih supaya kalian para calon bapak mengetahui jika wanita itu lembyuuutt perasaannya, tapi juga dia tak serapuh yang kalian pikirkan!! Bagaimanapun wanita berpikir dengan logika tingkat tinggi sekalipun ia pun tetap akan mengembalikan semuanya kepada hati – kepada nalurinya. Karena ia percaya itu ... percaya bahwa hati akan menuntunnya.
Owh ya, jika para pria berdoa untuk dijauhkan dari fitnah wanita, maka setelahnya aku hanya bisa berdoa untuk para muslimah yang terjaga supaya tidak tergolong pada fitnah wanita itu. Amiin. Aku pernah dicurhatin oleh teman akhwat yang mengatakan bahwa dia sungguh sangat takut jatuh cinta karena cinta itu hanya akan membawa kita jadi pesakitan. Oohh, menyesak di dada mendengar perkataannya waktu itu. Iyakah cinta seperti itu? Shahihkah kata-katanya itu? Ada seorang pria yang bilang kepadaku, “Jatuh cinta itu biasa saja kok.” Heheh... aku tersenyum mendengar pengakuannya itu. Aku jadi sempat berpikir, “Apakah dia termasuk orang yang mudah jatuh cinta hingga menganggap cinta itu biasa?” Teuh kan, maknanya ambigu siehhh, bingung aku. ; ( Eits.. tapi, jika dilihat secara psikologis memang cinta bagi para lelaki itu mah biasa saja, lha wong mereka memang lebih mudah “suka” dengan lawan jenis kok. Udah ada penelitiannya Loh... jadi nggak usah ada comment tentang ini yach. Peace ^-^


Tapi, yang pasti bagiku cinta itu luar biasa kekuatannya. Cinta bisa merubah seseorang, cinta bisa menjadi motivasi terbesar seseorang, cinta bisa menyihir seseorang menjadi lebih pandai berkata-kata, dan masih banyak lagi.... Untuk itu, hargailah cinta yang engkau miliki, jangan kau binasakan ia hanya karena ketakutanmu menghadapi geloranya. Terkadang, mereka hobi sekali mengingkari perasaan cinta dengan alasan takut jika menjadi jauh dari Allah. Subhanallah, sungguh itu alasan mulia yang pernah aku dengar. Tapi, sekali lagi wahai para pegiat cinta, ketahuilah bahwa sebenarnya jika engkau mampu mencintai makhluk karena Allah maka cinta itu akan membawamu lebih dekat dengan-Nya. Karena orang-orang yang dihadirkan untuk engkau cintai adalah utusan-Nya.... Wallahu’alam bi Showab☺


“Mungkin aku bukanlah orang yang pandai menyembunyikan cinta, aku juga mungkin tidak mampu mengendalikan cinta, karena bagiku cinta adalah elemen yang melekat dalam hatiku.... Dia hidup, dia mempunyai nyawa, dan sangat bodoh jika kita memerangi cinta.” (Anonim)

Selasa, 20 Januari 2009

Inikah Rasanya "JENUH" ???

Rabu, 21 Januari pukul 09.05

sepuluh menit lagi kertas ujian akan ditarik oleh pengawas. itu artinya aku harus segera keluar dari kelas. yach, untung aja ujian udah kelar dari tadi, cuma ngga mood buat berdiri ajah. oke, masih ada 10 menit bagiku untuk sekedar membuang perasaan aneh yang menggelayutiku akhir-akhir ini ...

aku tidak mengerti badai apa yang mengguncang hatiku saat ini. aku ngga dapet jelasinnya. Something happened with me, ohh. okey, aku sedang melakukan self analysis nih, sebenarnya kenapa sih diriku ini???

pernah ngga sih kalian merasakan puncak kejenuhan ketika kuliah? sayangnya... hal itu aku alami di UAS 5, kenapa harus ketika UAS?? darimana pemicu itu datang? seolah meletup-letup tak bisa kukendalikan.

perasaan dan pikirku berjalan beriringan... itu buatku susah to move on. seperti ada yang hilang, but what? aku ngga tahu harus cari dimana? bahkan aku pun tidak tahu apakah sesuatu yang terasa hilang itu penting bagiku. indeed, this is different condition.. dari pengalaman-pengalamanku sebelumnya. mungkin memang cuma sesaat ya... cuma sesaat saja, but who knows? no one knows about our future, isnt right??

hatiku gerimis setiap saat, aku tak yakin... apakah aku memikirkan seseorang ataukah keadaan? atau sedang takut? takut dengan apa? kegagalan? ahh... Nope.
i feel alone... aku tahu, rupanya Allah sedang mengujiku. menguji keimananku. ujiankah atau petunjuk? bukannya kedua-duanya punya makna implisit?? but, once again, i cant to tell more about this.

Ya Rabbi, jika semua ini hanya ujian untuk imanku, maka luluskanlah aku dengan predikat cumlaude... supaya para syuhada tak rugi menantiku. Lho, enak saja, memang siapa dirimu Afry?? Ainul Mardhiyah?? BUKAN!! Kamu bukan syapa-syapa, hanya seorang Afry... Ya seorang yang penuh dengan impian.

Terbayang sekali lagi dalan benakku semester enam akan aku jalani dengan super sibuk. lihat saja nanti, KKN, Skripsi, Kuliah 23 SKS, ditambah nyambi ngajar. ohya, aku lupa uda lama banget bolos kerja... hehe. semangat!! karena aku percaya seseorang yang berkorban lebih banyak dari yang lain maka ia juga akan menikmati kesuksesan lebih cepat dari mereka... Hummmm............

Sabtu, 17 Januari 2009

Belajar Mencintai Seseorang Yg Tidak Sempurna Dgn Cara Yg Sempurna

Ketika kita bertemu orang yang tepat untuk dicintai, ketika kita berada di tempat pada saat yang tepat, itulah kesempatan. Ketika kita bertemu dengan seseorang yang membuat kita tertarik, itu bukan pilihan, melainkan kesempatan. Bertemu dalam suatu peristiwa bukanlah pilihan, itupun juga kesempatan.


Kesempatan dan pilihan adalah molekuler yang lekat dan terkadang penuh ambiguitas. Namun, yang pasti kita harus menggunakan kesempatan yang ada untuk melakukan sebuah pilihan terbaik untuk hidup kita dan hidup orang-orang yang kita sayangi....
Bila kita memutuskan untuk mencintai orang tersebut, bahkan dengan segala kekurangannya, itu bukanlah kesempatan, melainkan pilihan. Ketika kita memilih bersama dengan seseorang apapun yang terjadi, Itupun adalah pilihan. Bahkan ketika kita menyadari bahwa masih banyak orang lain yang lebih menarik, lebih pandai, lebih kaya daripada pasanganmu saat ini sedangkan kamu tetap memilih untuk mencintainya, Itulah pilihan.


Allah menciptakan berbagai macam pilihan untuk mencapai masa depan. Allah memberikan banyak jalan untuk kita lewati. Aku jadi teringat ketika mengikuti serial drama Korea berjudul Memories of Bali. Sang tokoh utama mengatakan bahwa “Tuhan memberikan banyak cabang jalan untuk kita lewati, semuanya mempunyai konsekuensi masing-masing. Namun, hanya ada satu jalan yang harus berani kita pilih untuk menuju pintu kebahagiaan”. Indeed that’s amazing words to inspiring me. Kata-kata itu udah terskema secara otomatis dalam belahan otakku sejak saat itu. Yach, pilihan yang baik adalah pilihan yang kita yakini akan membawa kita pada kebaikan, walau sebesar apapun rintangannya. Setuju gak kalian??!


Ada lagi, aku pun belajar pada seorang adik angkatanku, Elektro 2008. Ia mengatakan bahwa jodoh itu pun pilihan. Ehhmm... cukup menarik untuk aku tanyakan lebih lanjut padanya. Allah tidak menetapkan jodoh kita berdasarkan nama, misal jodoh Afry adalah Agus, jodoh Intan adalah Toni, dsb. Allah hanya memberikan dua alternatif, kita berjodoh dengan pilihan kita atau tidak. Di sinilah keyakinan yang amat sangat dalam kita pergunakan, memang sedikit intuitif, tapi memang itulah yang terjadi. Kayakinan yang kita minta pada Allah akan Ia tanamkan pelan namun mengakar kuat dalam relung hati kita. Tenang saja, meskipun aliran keyakinan itu merambat lirih, tapi aku yakin kita dapat merasakan getarannya. Itulah misteri jodoh, semuanya memang perlu persiapan. Who knows about our future? Nobody. Tapi, yakinlah satu hal bahwa masa depanmu terlihat dari apa yang engkau lakukan hari ini. Idealis dan realistis, itulah manusia, namun di dalamnya terdapat sebuah lorong solusi yang harus kita cari. Uuhhhmmmmmmm.............


Perasaan cinta, simpatik, tertarik, datang bagai kesempatan pada kita. Tetapi, cinta sejati yang abadi adalah pilihan. Pilihan yang kita lakukan. Berbicara tentang pasangan jiwa, ada suatu kutipan dari film yang mungkin sangat tepat: "Nasib membawa kita bersama, tetapi tetap bergantung pada kita bagaimana membuat semuanya berhasil." That’s right??! Any comment for this statement? Pasangan jiwa bisa benar-benar ada. Dan bahkan sangat mungkin ada seseorang yang diciptakan hanya untukmu. Tetapi, tetap berpulang padamu untuk melakukan pilihan apakah engkau ingin melakukan sesuatu untuk mendapatkannya atau... cukuplah berdiam diri menantinya datang padamu. Kita mungkin kebetulan bertemu pasangan jiwa kita, tetapi mencintai dan tetap bersama pasangan jiwa kita, adalah pilihan yang harus kita lakukan. Kita ada di dunia bukan untuk mencari seseorang yang sempurna untuk dicintai TETAPI untuk belajar mencintai orang yang tidak sempurna dengan cara yang sempurna. Itulah seharusnya .... ^-^

Selasa, 13 Januari 2009

Pria Berilmu sebagai Pembangun Rumah Tangga versus Wanita Arif sebagai Arsitek Kebahagiaan Keluarga

Selasa, 13 Januari 2009, pukul 05.00 WIB

Semalam aku berbincang dengan kakakku. Sebelum perbincangan kami akhiri, aku memberikan pesan kepadanya bahwa lelaki yang mendambakan wanita sholehah haruslah mempunyai ilmu. Tidak kusangka, perbincangan pun kami buka kembali. Lantas ia berpikir bahwa suami atau laki-lakilah yang membangun rumah tangga. Bagaimana menurut kalian? Benarkah pernyataan itu? Ehmm... aku pikir tidak seratus persen benar pun tidak seratus persen salah. Fifty-fifty deh, haha ...

Eeitss, Tapi, tunggu dulu. Setelah aku membaca buku yang aku punya dengan judul artikelnya “Kebijakan Rumah Tangga: Dirancang Wanita, Diumumkan Pria”, aku jadi tergoda untuk mengklarifikasi buku-buku yang pernah aku baca sebelumnya. Napoleon Bonaparte berkata bahwa Apa yang Dibangun Pria Selama Seratus Tahun, dapat Dihancurkan Wanita dalam Satu Hari. Waoow, percaya atau tidak, sejarah telah membuktikan! Muph, bukan itu sebenernya yang pengin aku bahas bersama kalian. Aku ingin mengkorelasikan kedua hal yang aku baca di atas. Mengenai Pria Berilmu sebagai Pembangun Rumah Tangga versus Wanita Arif sebagai Arsitek Kebahagiaan Keluarga Kayaknya asyik teuh?? Bukan ngompor-ngomporin buat menikah atau menciutkan nyali buat menjalani pernikahan loh, supaya kita tahu, paham, dan membuat persiapan aja untuk menyongsong dimensi terakhir menuju kebahagiaan abadi.

Dua judul di atas sepintas mungkin terlihat berlawanan. Siapa sebenarnya yang bertugas membangun peradaban di dalam rumah tangga? Ada yang menjawab suami, ada pula yang menjawab istri. Kalian lebih berpihak yang mana? Entahlah, aku nggak akan cenderung ke satu hal karena bagiku keduanya mempunyai potensi yang sama-sama besar ketika disatukan. Baiklah, suami atau pria berilmu akan menghadapi segalanya dengan dewasa dan cerdas. Aku sedikit kecewa karena terkadang banyak pria yang selalu berkutat dengan pemikiran aku belum cukup mapan, sedangkan hal yang paling hakiki ia lupakan. Bagiku, itu hal kedua yang harus dipenuhi setelah cangkir ilmu agama dipenuhi sang suami kelak. Bukan materi yang membimbing kita menuju keharmonisan rumah tangga, itu hanya satu aspek saja. Esensinya adalah keyakinan akan jalan terbaik yang Allah karuniakan dan itu hanya dimiliki oleh orang-orang yang berilmu lagi beriman. Ilmu di sini terkadang sangat jauh melewati ilmu yang selama ini kita pelajari karena toh nantinya kita akan menemukan banyak teori baru dan solusi langka dalam rumah tangga. Fiuuh, ini analisis singkatku. Kalian boleh memberikan sanggahan mengenai ini....

Rahasia sejati kekuatan wanita terletak pada kemampuan dirinya dalam mengatur hidup suaminya tanpa dirasakan sedikitpun oleh sang suami bahwa dirinya diatur oleh sang istri. Kami, para calon istri, akan menyentuh emosi sang suami perlahan-lahan, lalu masuk ke dalam ketidaksadarannya, menghipnotis perkataannya sehingga bukan kedigdayaan seorang pria yang keluar namun sebentuk kebijaksanaan dan kelembutan hati. So Sweet.... Seorang wanita yang memiliki kearifan hidup, akan berusaha mengatur dan mengondisikan kehidupan suaminya secara detail dengan tetap menjaga hati dan perasaannya, serta kredibilitas maupun kehormatan suaminya. Seorang istri akan mengolah ucapan suaminya menjadi kebijakan keluarga lalu ia meminjam lisan suaminya untuk mengumumkan pemberlakuannya. Itu ia lakukan semata-mata untuk menghormati dan mendudukkan kelaki-lakian suaminya di hadapan anak-anak. Waoow, sungguh mulia hati seorang istri yang mampu berbuat seperti itu, hehe... jadi termotivasi nih! @_@

Okey, analisis kedua. Kecerdasan dan kedigdayaan seorang istri justru tampak nyata ketika ia mampu menjadikan suaminya berkuasa sepanjang waktu serta memposisikan suaminya sebagai tuan yang menentukan kehidupan hitam putih kehidupan rumah tangga. Nah Loh, beruntunglah para suami yang mendapatkan istri tipe seperti ini. Jarang-jarang loh! Seorang istri tetap harus menomorsatukan suami dalam hal kepemimipinan karena memang ada ayatnya di dalam Q.S An-Nisa’ 4: 34 yang menjelaskan bahwa “Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita.” Ketaatan utuh seorang istri kepada suaminya adalah kunci utama untuk menjaga keharmonisan rumah tangga dan lahirnya sendi-sendi kehidupan karena sejatinya hitam-putih-sejuk-keruh dalam biduk rumah tangga bergantung kepada perilaku seorang istri di dalam rumah. Hhmmm... semoga bisa!!!

Pagi ini aku cuap-cuap terlalu banyak deh. Jadi lupa masak kan?! Haha.... Jadi, Kesimpulannya: ada pahlawan wanita yang setia mem-back up suami ketika ia lemah. Ada pahlawan wanita yang begitu arif menghormati dan mematuhi suami. Ada pahlawan di dalam keluarga yang mampu melahirkan seorang pahlawan. Dan pahlawan itu adalah wanita sholehah. Itu aja sih, ini adalah buah pembelajaran yang aku dapat, semoga dapat memberikan ibrah kepada yang membacanya. Para calon istri dan calon suami, bersiap-siaplah kalian untuk mendaki kehidupan rumah tangga dengan kerja sama yang solid. Oke, tetap semangat yach .... ^_^

Jumat, 09 Januari 2009

Sebuah Asa yang terlantunkan oleh bibir yang basah oleh harap cemas... sang penyair ulung dari Kota selatan Merapi

Hanya bayangan… ya cuma kesemuan yang aku dapati
Aku cari dirimu tapi tetap tak nampak
Seperti apa rupamu bahkan sedetikpun aku tidak bisa membayangkannya…
Entah kenapa….
Tapi aku yakin calonku kelak adalah orang terbaik yang Allah pilihkan untukku…
Tiap malam, tiap waktu, seujung detik
Terus terlantunkan doa pengikat hati
Wahai adamku…
Di mana kau kini tak bisa kujamah
Ujung rambutmu, manis dan lembut kalimatmu, tegas pesanmu, sang penjaga perasaan wanita, tak pernah bisa kutemui…
Kuharapkan kau benar2 datang dalam mimpiku
Karena aku yakin engkau ada terciptakan untukku…
Tapi, sampai kapan diri ini terus menunggu??
Siapapun engkau, darimanapun asalmu, seperti apapun dirimu…
Kau tercipta sebagai belahan jiwaku…
Sepaham akan syariatNya… melantunkan doa pendekat jodoh…
Ah, rasanya lucu, hati ini terekat tanpa tahu keberadannya
Hati ini terpana oleh kedewasaannya
Siapakah kamu??? Siapa dirimu?? Hanyakah khayalan semata?
Tidak!! Kau ada di ujung harapanku…
Kau berada dalam dekapan hatiku yang teramat jauh
Tak terengkuh oleh waktu…
Tapi aku bener2 yakin kau untukku.
Kita bina rumah tangga bersama… lahirkan penerus yang memegang teguh peradaban… lalu kita kembangkan cinta menjadi sebuah harapan dan tujuan yang mulia…
Wahai pembimbing surgaku kelak…
Bawalah aku bersamamu… dalam dekapan ruang tak terbatas
Mas… akhi… aa… Abang... apapun sebutanmu
Kau hanyalah untukku
Seluruhku untuk jiwamu…
Kutunggu kehadiranmu… sampai kutemukan faktamu.

“Tentang Mimpi dan Kenyataan”

Berbicara mengenai mimpi sangat asyik tentunya. Seperti mata kuliah psikologi mimpi yang pernah aku dapatkan dijelaskan bahwa mimpi adalah manifestasi dari berbagai harapan yang terpendam di alam bawah sadar kita. Mimpi adalah wujud tujuan dan keinginan kita, terkadang kita sadari keberadaannya, namun juga tidak. Disadari atau tidak, berawal dari mimpilah kita menjalani proses kehidupan.
Ada pepatah mengatakan bahwa hidup tanpa mimpi akan terasa mati. Jadi, apa salahnya menjadi seorang pemimpi yang baik mulai dari sekarang? The Good Dreamer, seperti apa itu? Aku mendapat istilah ini sebenarnya karena keinginanku untuk membuat buku motivasi mengenai membangun kehidupan dari dalam mimpi. Sepertinya mengasyikkan, tapi sayang... hingga detik ini aku belum bisa memulai proyek itu. Fiuuhh... kalian tahu, aku selalu berprinsip bahwa mimpi yang jelas, mimpi yang terang, mimpi yang baik, itu datangnya dari Allah. Selama mimpi itu baik, aku yakin aku bisa mewujudkannya. Rasanya aneh jika kita berpikir mimpi adalah sebatas bungat tidur yang pasti akan berlalu, seperti ketika dirimu membangun rumah bergaya mediterania di atas puncak. Taman Mediterania memang paling cocok untuk hunian bergaya minimalis yang kalem dan monokromatik. Kekuatan taman ini jelas terletak pada desainnya yang menampilkan berbagai tekstur dan bentuk tanaman berwarna hijau. Jenis tanaman seperti agave (Agave Attenuata), yucca (Yucca sp), nolina (Nolina Longifolia), dan sikas (Cycas Rumpii) yang bergaris tegas dan sangat atraktif bila diberi pencahayaan khusus akan sangat terlihat eksotis pada malam hari. Untuk mengimbangi garis tegas pada jenis tanaman tersebut biasanya border tanaman dan penutup tanah yang bertekstur halus. Laiknya pelengkap menu empat sehat lima sempurna, rasanya belum sehat bila taman tersebut dibiarkan sendiri tanpa teman. Maka sang perakit taman itu menampilkan elemen air seperti kolam ikan berbentuk segi empat dna pancurannya. Disertakan pula lampu taman, patung hewan, pot berkaki warna terang dengan bentuk simpel dan berornamen geometris, yang dikombinasikan dengan batu koral serak berwarna putih. Sungguh eksotis dan sangatlah pas jika pemilik-pemilik rumah elit tersebut adalah mereka para pejabat daerah, pengusaha, bahkan direktur pertamina. Ooh... anganku sudah mulai melambung tinggi, tapi tak apa... tak ada salahnya jika kitalah yang menjadi pemilik salah satu rumah itu. Nothing is Impossible, Guyzz. Yang membuat semuanya nampak tidak nyata adalah pikiran-pikiran kotor kita. Satu lagi, aku meyakini bahwa pesimistis adalah bayangan ketakutan yang kita ciptakan sendiri. Dan itu hanya bisa ditembak mati oleh kekuatan tempur berbahan dasar pikiran positif...!!
Hmm... aku ingin membawa kalian kepada dimensi yang membuat kita menyadari betapa kita diciptakan dengan potensi yang sama oleh Tuhan. Aku pun ingin mengajak kalian, pun aku yang terkadang masih lalai, untuk memanggil kembali mimpi-mimpi terang yang akan menjadi realita kita beberapa waktu yang akan datang. Barulah setelah itu, kita mendapatkan nobel sang pemimpi yang sempurna. Yang mampu menjadikan mimpinya menjadi sebuah kekuatan untuk bergerak menjadikan diri menjadi lebih baik. Seorang yang besar memang harus berani untuk bermimpi besar. So, jangan takut mewujudkan mimpi-mimpi kita karena sebenarnya kita mampu. Lebih mampu dari yang kalian pikirkan. Chaiyoo....

Pagi yang berawan, Jumat 9 Januari 2009

Wahai manusia yang paling bahagia karena agama dan etika
meskipun tanpa permata, kalung, dan emas yang menghiasinya
Melainkan berkat tasbih yang selalu dibacanya
bagaikan berita gembira, bagaikan hujan, bagaikan fajar,
bagaikan sinar, dan bagaikan awan.
Dalam sujud, dalam doa, dalam sikap merasa dalam pengawasan Allah,
dalam pemikiran yang bersumberkan dari cahaya luh
dan kitab-kitab yang juga dipesankan
oleh cahaya wahyu yang diturunkan di gua yang darinya Rosul
Tuhanmu dapat menguasai bangsa Romania dan bangsa Arab.
Engkau adalah manusia yang paling bahagia di dunia
berkat keyakinan yang ada
dalam kalbumu yang suci lagi penuh dengan ketaatan.

Sunday Morning, 4 Januari 2009 pukul 09.44 WIB

Aku biarkan matahari pagi menelungkupkan cahayanya di sela tirai kamarku. Aku tetap saja di sini, di dalam kamar yang sepi. Menatap layar laptopku dengan perasaan tak hentinya mengetuk harap. Untuk ke sekian kalinya aku melihat kembali foto-foto yang tersimpan dengan ikon love dengan title ^Paris_Session_Fun^. Aku tak bosan memandangi gambar diriku, saudaraku, dan teman-temanku di sana. Ahh… aku sempat berpikir, kenapa Allah memberi aku sedikit waktu untuk bersama mereka?
Yang sedikit perlu kalian tahu adalah aku seorang yang kesepian sebenarnya. Lucu, kenapa aku bisa bilang seperti itu? Pertama, aku memang tidak menyadarinya. Namun, lambat laun aku meresa jenuh juga dengan keadaanku saat ini. Aku harus bergerak maju, mencari sumber rezeki lain, mencari teman lagi yang mampu membangkitkan semangatku, yang mampu menjadikan diriku bermanfaat untuk mereka. Kini organisasi kampus aku tinggalkan, kini hanya satu amanah organisasi yang aku pegang. Hari-hariku habis untuk bekerja. Menjadi guru privat, menjadi tenaga relawan, dan kini aku sedang berusaha untuk menjadi trainer lepas –menjadi penulis adalah profesi yang tak perlu aku sebut di sini-. Ini yang aku bilang aku bisa sedikit tersenyum kepada waktu, namun sekali lagi aku tak boleh meremehkan waktu.
Semua aktivitas aku jalani karena prinsip hidupku. Bekerja adalah ibadah. Jadi, aku pun harus mencari pekerjaan yang akan menambah amalan hidupku. Seperti yang sahabatku bilang bahwa “kehidupan adalah ritual untuk menuju kematian”. Kalian setuju? Sepenuhnya, aku setuju dengan ungkapannya. Aku tak ingin hidupku sia-sia, aku ingin membuat orang lain bahagia berada di sampingku, setiap detikku aku ingin bermanfaat untuk orang lain. Supaya kelak jika aku tiada, mereka akan mendoakan aku. Hagh…hagh…hagh…. Inilah alasan kenapa terkadang aku merasa sepi dan sendiri. Apa karena aku terlalu banyak berbuat untuk orang lain? Mungkin saja, tapi siapa aku sampai aku berani mengatakan bahwa aku sudah cukup memberikan manfaat untuk mereka. “Aku bukan siapa-siapa kok.”
Okey, Fine… Guys… saat ini aku hanya ingin menjadi orang yang dinanti kehadirannya. Aku ingin menjadi manusia yang mandiri dan mampu membahagiakan kedua orang tuaku. Tentu semua itu melewati pengorbanan dan perjuangan, ya, itulah yang aku lakukan sekarang. Ritual menuju kematian.

Berbicara tentang Waktu ...

Mungkin perkenalanku aku pending ajah. Kalau boleh aku menyampaikan, sebenarnya tadinya aku enggan untuk membuat blog ini. Jujur, aku terlalu disibukkan dengan kegiatanku sendiri. Kampus, kerja, organisasi, dan profesi malamku. Menulis novel. Tapi… aku pikir, tak ada salahnya juga menjadikan blog ini sebagai sebuah media untuk saling memetik hikmah. Yah, kalau boleh aku jujur lagi, aku tergerak menulis blog ini karena ada seseorang yang menyuruhku secara tidak langsung dan aku terima itu sebagai sebuah tantangan. Mas Zul, makasih, ini sudah kupenuhi tantanganmu. Aku nggak mau kalah hanya oleh waktu. Aku nggak mau dikejar waktu…!! Karena sebenarnya akulah yang lebih berkuasa atas waktu.
Percaya tidak kalau waktu yang menentukan semuanya?? Waktulah yang akan mempertemukan kita dan waktulah yang akan memisahkan kita. Waktu yang akan membuat kita sembuh dari luka dan waktu pulalah yang membuat perih hati kita terus menganga. Ahh… picisan sekali! Terlalu pasrah itu namanya. Jika aku berpikir waktu yang menentukan hidupku, maka hidupku mati. Prosesku stagnan. Tak ada itu namanya kerja keras untuk memperbaiki segala yang udah terlewati di masa lalu. Aku mulai berpikir bahwa sebenarnya akulah yang lebih unggul dari waktu. Dunia itu ada dalam genggamanku bukan dunia yang menggenggam aku. Yang menggenggam kita adalah Allah SWT, Tuhan Semesta Alam, bahkan dunia seisinya pun ada dalam genggaman-Nya. Salah besar jika aku dan kamu berpikir kita akan kalah oleh waktu.
Dulu aku seperti itu, memaknai waktu sebagai sesuatu yang selalu mengejar kita. Merasa waktu seakan begitu sempit dan tak adil buat aku. Tapi, ternyata itu kognitif yang salah. Skema yang tersimpan dalam otakku sudah salah kaprah. Entah dari mana dulu aku dapatkan pemikiran kerdil seperti itu. Yang pasti aku yakin bahwa reparasi otakku berjalan lancar. Aku terbangun dari ketidakberdayaanku karena pengalaman yang mengajariku dengan sabar. Ia menjadi tonikum mengalahkan obat yang dibuat oleh Kalbe Farma. Waktu bisa kita taklukkan, itu psinsipku. Jika kita kalah oleh waktu berarti kitalah yang lemah. Liat aja, waktu memang kiasan yang kuat, tapi toh dia diam, tak pernah memaki kita. Dia berjalan apa adanya, sesuai poros yang Allah tentukan. Lalu, kenapa terkadang kita menyalahkan waktu?! Aku bisa tersenyum sekarang. Melihat waktu berjalan di belakangku, kadang membersamaiku, tapi tak kan kubiarkan ia berada di depanku. Karena aku yang mampu bergerak lebih cepat, lebih lambat, bahkan diam. Namun, waktu… bagaimanapun kita, dia akan tetap berputar apa adanya.
Semoga mulai detik ini, ketika aku menyemangati diriku sendiri, aku mulai dapat berpikir lebih baik. Berpikir untuk meneruskan perjalanan hidupku. Mengejar semua target dan tujuan dalam peta kehidupan dengan waktu dan kesempatan yang aku cari. Mungkin kesempatan dan waktu itu sudah tersedia untuk kita, tetapi berhubung kepekaan kita lemah untuk membaca dan mengerti kesempatan itu, maka ia akan lewat begitu saja… sayang sekali. Afry, jadilah kamu lebih kuat dari sekarang. Kejar impianmu, wujudkan ia karena sesungguhnya kamu mampu menjadi lebih baik dari sekarang. Bersiaplah dengan cekatan dan bergeraklah selagi kamu diberi kekuatan.
“Terimakasih Allah, telah membangunkan aku dari tidur panjangku. Terimakasih Allah, telah memberi aku penderitaan hingga akhirnya aku merasakan kebahagiaan setelahnya. Terimakasih Ya Allah, atas semua nikmat sakit dan nikmatnya ujian hati selama ini karena aku tahu Engkau amat begitu menyayangiku dengan segala kekuranganku untuk bersyukur kepada-Mu.”

Rabu, 07 Januari 2009

Dimulai pagi ini …
Sabtu, 03 Januari 2009

At the sunny morning… pagi ini indah. Kaliurang cerah, menekankan keindahan tubuh Jogja paling atas yang masih perawan. Nikmat nian mata ini memandang. Semburat berlapis jingga terurai di atas awan tipis di kaki langit sebelah timur. Menandakan matahari pagi bersambut. Di kamar bawah, melongok ke luar jendela… ada masjid di samping kamarku. Ehmm… pedesaan yang tenteram. Kalian tahu, kenapa aku lebih memilih tinggal di kost yang terletak di daerah perkampungan dan jauh dari keramaian? Karena di sinilah jiwaku mampu terendam dengan berbagai imaji ketika aku mulai melayangkan pikirku untuk menulis. Inspiratif.

Kalian akan aku ajak menikmati betapa di sini begitu damai…. Ada belantara di sebelah utara kost yang dibatasi dengan sungai kecil yang pastinya aliran sungainya bening. Tak begitu deras, lirih, dan alun. Satu lagi, yang membuat aku tak berpikir untuk pindah dari sini adalah karena di samping kamarku pas ada masjid. Ya, suara bapak tua yang selalu membangunkan warga ketika subuh hampir menjelang. Itu yang membuat aku tak ingin sekalipun beranjak dari kost ini. Ketika aku melamun di lantai atas, maka lamunanku akan tertangkap oleh para penghuni langit. Di lantai dua sebelah utara aku bisa langsung memandang merapi ketika pagi, jelas sekali lekukannya. Apalagi ketika dulu merapi sempat menakut-nakuti kami dengan muntahan panasnya. Berkemilau dari radius puluhan kilo.
Beberapa dari temanku bilang, “Afry, kok kamu betah sih tinggal di tempat seperti ini? Udah sepi, gelap lagi, dan pastinya kalau cari makan susah.” Aku tersenyum aja memberikan reaksi. Mungkin mereka tidak mengerti betapa diriku menikmati kesepian ini. Menikmati sebatas aku mampu.

Dimulai di pagi ini...