CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS »

Jumat, 09 Januari 2009

Sunday Morning, 4 Januari 2009 pukul 09.44 WIB

Aku biarkan matahari pagi menelungkupkan cahayanya di sela tirai kamarku. Aku tetap saja di sini, di dalam kamar yang sepi. Menatap layar laptopku dengan perasaan tak hentinya mengetuk harap. Untuk ke sekian kalinya aku melihat kembali foto-foto yang tersimpan dengan ikon love dengan title ^Paris_Session_Fun^. Aku tak bosan memandangi gambar diriku, saudaraku, dan teman-temanku di sana. Ahh… aku sempat berpikir, kenapa Allah memberi aku sedikit waktu untuk bersama mereka?
Yang sedikit perlu kalian tahu adalah aku seorang yang kesepian sebenarnya. Lucu, kenapa aku bisa bilang seperti itu? Pertama, aku memang tidak menyadarinya. Namun, lambat laun aku meresa jenuh juga dengan keadaanku saat ini. Aku harus bergerak maju, mencari sumber rezeki lain, mencari teman lagi yang mampu membangkitkan semangatku, yang mampu menjadikan diriku bermanfaat untuk mereka. Kini organisasi kampus aku tinggalkan, kini hanya satu amanah organisasi yang aku pegang. Hari-hariku habis untuk bekerja. Menjadi guru privat, menjadi tenaga relawan, dan kini aku sedang berusaha untuk menjadi trainer lepas –menjadi penulis adalah profesi yang tak perlu aku sebut di sini-. Ini yang aku bilang aku bisa sedikit tersenyum kepada waktu, namun sekali lagi aku tak boleh meremehkan waktu.
Semua aktivitas aku jalani karena prinsip hidupku. Bekerja adalah ibadah. Jadi, aku pun harus mencari pekerjaan yang akan menambah amalan hidupku. Seperti yang sahabatku bilang bahwa “kehidupan adalah ritual untuk menuju kematian”. Kalian setuju? Sepenuhnya, aku setuju dengan ungkapannya. Aku tak ingin hidupku sia-sia, aku ingin membuat orang lain bahagia berada di sampingku, setiap detikku aku ingin bermanfaat untuk orang lain. Supaya kelak jika aku tiada, mereka akan mendoakan aku. Hagh…hagh…hagh…. Inilah alasan kenapa terkadang aku merasa sepi dan sendiri. Apa karena aku terlalu banyak berbuat untuk orang lain? Mungkin saja, tapi siapa aku sampai aku berani mengatakan bahwa aku sudah cukup memberikan manfaat untuk mereka. “Aku bukan siapa-siapa kok.”
Okey, Fine… Guys… saat ini aku hanya ingin menjadi orang yang dinanti kehadirannya. Aku ingin menjadi manusia yang mandiri dan mampu membahagiakan kedua orang tuaku. Tentu semua itu melewati pengorbanan dan perjuangan, ya, itulah yang aku lakukan sekarang. Ritual menuju kematian.

1 comment:

ArdiE mengatakan...

Pilihan hidup ini yang kk suka dari Afry. Hidup kita akan lebih bermakna bila kita bermanfaat bagi orang lain. Mahabenar Allah dalam firman-Nya: "Dia yang menjadikan kematian dan kehidupan supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya." Allah menyayangimu selalu, adikku (n_n)